Selasa, 05 April 2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 29. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat (Artikel Kedokteran, 2009).
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.
Kelompok Salmonella sebelumnya juga disebut kelompok TPE, kelompok tifus-parathyphus-enteritis yang disebut, atau basil para-tipus. Ini terdiri dari basil tifus, Salmonella typhi, yang sebelumnya disebut typhi Eberthella untuk bakteriologi Jerman Karl Joseph Eberth (1835-1926), dan dysenteria Shigella, suatu basil menyebabkan bentuk disentri, nama untuk ahli bakteriologi Jepang Kiyoshi Shiga (1871-1957) .

Bakteri Salmonella yang dijelaskan pertamakali oleh Theobald Smith (1859-1934) dan Salmon pada 1885 dalam sebuah strain diisolasi dari babi dengan kolera babi, di kertas Penyelidikan Wabah babi, diterbitkan dalam Laporan Tahunan Kedua Biro Hewan Industri. Salmon istilahnya Hog-cholerabacillus. Hal ini sekarang disebut suis kolera Salmonella, tetapi tidak sebenarnya penyebab wabah babi, yang merupakan penyakit virus. Salmonella pertama kali ditemukan oleh Theobald Smith.

Ini adalah bakteriologi Perancis Léon Joseph Marcel Ligniéres (1868-1933) yang, pada tahun 1900, menyatakan bahwa seluruh kelompok bakteri yang hama babi milik basil, harus disebut Salmonella untuk menghormati Salmon.
o Salmonella choleraesuis.
Spesies sering ditemukan penyebab septicemia.
o Salmonella enhteritidis.
Spesies menyebabkan gastroenteritis dan keracunan makanan pada seseorang.
o Salmonalle paratyphi:
Sekelompok Salmonella, tipe A, B, dan C, yang menyebabkan demam parathyphoid.
o Salmonella schottmülleri.
Spesies paratifoid menyebabkan demam, tipe B. (Hugo Schottmüller, dokter dan ahli bakteriologi Jerman, 1867-1936)
o Salmonella typhimurium.
Spesies sering terisolasi dari orang dengan gastroenteritis akut.
o Salmonella typhi.
Spesies menyebabkan demam tifoid pada manusia.
Shigella adalah genus bakteri yang merupakan penyebab utama diarrheoa dan disentri - diare dengan darah dan lendir pada tinja - di seluruh dunia. Bakteri ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang tercemar, atau melalui kontak orang-ke-orang. Dalam tubuh, mereka dapat menyerang dan menghancurkan sel-sel lapisan usus besar yang menyebabkan ulkus mukosa dan diare berdarah.

Selain diare, gejala infeksi Shigella termasuk demam, kram perut, dan nyeri dubur. Sebagian besar pasien sembuh tanpa komplikasi dalam waktu tujuh hari. Shigellosis dapat diobati dengan antibiotik, meskipun beberapa strain sudah kebal obat.

1.2 Maksud dan Tujuan
• Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Salmonella, dan Shigella pada sampel
• Untuk mengetahui Isolasi dan identifikasi bakteri Salmonella,dan Shigella
1.3 tujuan

Penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi pada pembaca
mengenai penyebab dari tifus yang dibawa oleh bakteri salmonella dan disentri yang disebabkan oleh bakteri shigella.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Salmonella

2.1.1 Klasifikasi kingdom pada Salmonella

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.

2.1.2 Klasifikasi ilmiah Salmonella
Kerajaan : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriakceae
Genus : Salmonella

Diklasifikasikan ilmiah shhigella sebagai berikut :

Kingdom : Procaryotae
Division : Gracilicutes
Order : Eubacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Species : Shigella
(http://www.textbookofbacteriology.net/Shigella.html)





2.1.3Morfologi dan fisiologi
Salmonella spesies adalah gram negatif, aerob, berbentuk batang, bakteri zoonosis yang dapat menginfeksi manusia, burung, reptil, dan hewan lainnya. genus ini termasuk sekitar 2.000 spesies dibagi menjadi lima subgenera. Dari subgenera lima, dua subgenera, Subgenus Subgenus I dan III, dapat ditemukan pada burung. Subgenus saya berisi spesies salmonella yang paling sering menginfeksi unggas. Subgenus III, berisi spesies Salmonella arizonae dan Arizona hinshawii, yang kadang-kadang dilaporkan pada burung, terutama yang berhubungan dengan, atau dekat dengan reptil.
Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15 - 41o C (suhu pertumbuhan optimum 37o C) dan pH pertumbuhan 6 - 8. Pada umumnya isolat kuman Salmonella dikenal dengan sifat-sifat, gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, laktosa, Voges Praskauer dan Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S. Samonella thypi hanya membentuk sedikit H2S dan tidak membentuk gas pada fermentase glukosa. Pada agar SS,Endo, EMB dan MacConkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil dan tidak berwana, pada agar Wilson Blair koloni kuman berwarna hitam berkilat logam akibat pembentukan H2S.
2.1.4 Struktur antigen
Seperti Enterobacteriaceae lain, salmonella memiliki beberapa antigen O (dari keseluruhan yang berjumlah lebih dari 60) dan antigen H yang berbeda pada salah satuatau kedua fase. Beberapa salmonella mempunyai antigen simpai (K), yang disebut Vi,yang dapat mengganggu aglutinasi melalui antiserum o. Antigen ini dihubungkan dengan sifat invasif yang dimilikinya. Tes aglutinasi dengan antiserum serapan untuk O dan Hyang berbeda merupakan dasar untuk klasifikasi salmonella secara serologi.



2.1.5 Patogenesis dan Gejala klinis

Patogenitas Salmonella bersifat invasif yakni menyerang bagian epithelium dari ileum. Salmonella menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare berair. Bila selaput lendir menjadi rusak, diare yang terjadi disertai darah.
Ada 2000 serotipe Salmonella dan 6-10 di antaranya diketahui menimbulkan gastroenteritis. Diare yang ditimbulkan biasanya disertai dengan gejala-gejala mual, demam dan nyeri perut. Di samping menyebabkan diare berair, Salmonella juga menyebabkan mencret (exudative diarrhoea) yang ditandai oleh hadirnya leukosit di dalam feses. Di beberapa negara telah ditemukan strain Salmonella yang resisten terhadap ampisilin, khloramfenikol, dan sulfametoxazol-trimet (Anonim, 2007).
Bakteri Salmonella masuk ke tubuh penderita melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan bila terinfeksi bakteri Salmonella adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Akibatnya penderita akan mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan oleh bakteri Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran.
Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh Salmonella secara umum dikenal dengan Salmonellosis. Secara klinik ada 3 bentuk Salmonellosi. Secara klinik ada 3 bentuk Salmonellosis yang bias timbul pada manusia yaitu:
Enteric fever
Mencakup demam tifoid dan demam paratifoid. Deman tifoid atau tifus abdominalis disebabkan oleh Salmonella typhi. Salmonella typhi tertelan bersama makanan atau terkontaminasi dan bersarang di jaringan limfoid pada dinding usus . Aliran limfa membawa organisme ini kedalam duktus torak kemudian kedalam darah. Sedangkan demam paratifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh salmonella enteristidis ( Tambayong, J, 2000).
Demam paratifoid disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C, gejala kliniknya biasanya lebih ringan dan mempunyai masa inkubasi lebih pendek 1 – 10 hari, demam diasa berlangsung selama 1 – 3 minggu, rose spots jarang ditemukan.

Septikemia
Disebabkan oleh Salmonella choleraesus, infeksi terjadi melalui rute oral dan akhirnya masuk kedalam sirkulasi darah dan berkembang biak. Salmonella tersebar luas dalam tubuh dan cenderung menyebabkan supurasi local, abses, meningitis,pneumonia dan endokartidis terutama pada orang – orang yang fisiknya dalam keadaan lemah, tetapi manifestasi pada saluran usus sering tidak ada. Septikemia ini ditandai dengan demam tinggi yang turun naik, kultur darah positif.

Gastroenteritis/enterokolitis
Merupakan manifestasi infeksi Salmonella yang wajar, timbul sesudah makan makanan yang tercemari bakteri penyakit Salmonella, spesies Salmonella yang lazim menyebabkan penyakit ini adalah Salmonella typhimurium dan Salmonella enteridis, bakteri tersebut masuk kedalam sirkulasi darah. Gejala – gejalanya timbul dalam waktu 8 – 49 jam sesudah makan makanan yang tercemar Salmonella tersebut. Diare disertai demam berlangsung selama 1 – 4 hari. Kultur darah biasanya negative tetapi kultur tinja positif untuk Salmonella.

Patogenesis dan Gejala Klinis Shigella

Disentri basiler atau shigellosis adalah infeksi usus akut yang dapat sembuh sendiri yang disebabkan oleh Shigella. Shigellosis dapat menyebabkan 3 bentuk diare yaitu disentri dengan tinja lembek, disertai darah, mucus dan pus, waterdiarrhea yaitu tinja yang berbentuk cair, dan kombinasi keduanya yaitu tinja berbentuk cair disertai darah, mucus dan pus.
Masa inkubasi adalah 2 – 4 hari atau bias lebih lama sampai 1 minggu. Pada ornag yang sehat diperlukan 200 kuman untuk menyebabkan sakit (Anonim,1993)
Setelah masa inkubasi, secara mendadak timbul nyeri perut, demam dan tinja encer. Satu hari atau beberapa hari kemudain jumlah tinja meningkat karena infeksi meliputi ileum dan kolon, melekat pada permukaan mukosa dan menembus lapisan epitel dan berkembang biak ke dalam lapisan mukosa. Lalu terjadi reaksi hebat yang menyebabkan terlepasnya sel – sel dan timbulnya luka pada permukaan mukosa usus. Tinja ini berkurang encernya tetapi mengandung lender dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan tenensmus yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah.

Demam dan diare ini sembuh secara spontan dalam 2 – 5 hari pada lebih dari setengah kasus otang dewasa. Namun pada anak – anak dan orang tua, enyakit ni berlangsung lama. Kehilangan cairan dan elektrolit dapat menyebakan dehidrasi,asidosis, bahkan kematian.

Setelah sembuh, kebanyakan orang mengeluarkan bakteri disentri dalam waktu yang singkat, namun beberapa diantaranya menjadi pembawa yang kronis yang dapat mengalami serangan penyakit berulang – ulang (Jawetz, 2005).

Infeksi ini sangat menular dan dapat dicegah dengan cuci tangan yang baik. Tanda dan Gejala Bakteri Shigella menghasilkan racun yang dapat menyerang permukaan usus besar, menyebabkan pembengkakan, luka pada dinding usus, dan diare berdarah. Keparahan diare pada Shigellosis berbeda dari diare biasa. Pada anak-anak dengan Shigellosis, pertama kali buang air besar besar sering dan berair. Kemudian buang air besar mungkin lebih sedikit, tetapi terdapat darah dan lendir di dalamnya.


Gejala lain Shigellosis termasuk :
 Nyeri perut
 Demam tinggi
 Hilangnya nafsu makan
 Mual dan muntah
 Nyeri saat buang air besar
Dalam kasus Shigellosis yang sangat parah, seseorang mungkin mengalami kejang, kaku kuduk, sakit kepala, kelelahan, dan kebingungan. Shigellosis juga dapat menyebabkan dehidrasi dan komplikasi lain yang jarang terjadi, seperti radang sendi, ruam kulit, dan gagal ginjal. Beberapa anak dengan kasus Shigellosis yang berat mungkin perlu dirawat di rumah sakit. Shigellosis sangat menular. Seseorang dapat terinfeksi melalui kontak dengan sesuatu yang terkontaminasi oleh tinja dari orang yang terinfeksi. Ini termasuk mainan, permukaan di toilet, dan bahkan makanan yang disiapkan oleh seseorang yang terinfeksi. Misalnya, anak-anak yang menyentuh permukaan yang terkontaminasi oleh shigella seperti toilet atau mainan dan kemudian memasukkan jari-jari mereka di mulut maka mereka bisa menjadi terinfeksi. Shigella bahkan dapat dibawa dan disebarkan oleh lalat yang kontak dengan tinja yang terinfeksi.
Karena tidak membutuhkan banyak bakteri Shigella untuk menyebabkan infeksi maka penyakit dapat menyebar dengan mudah dalam keluarga dan penampungan anak. Bakteri mungkin juga tersebar di sumber air di daerahdengan sanitasi yang buruk. Shigella masih dapat disebarkan dalam 4 minggu setelah gejala penyakit selesai (walaupun pengobatan antibiotik dapat mengurangi pengeluaran bakteri Shigella di tinja).
Cara terbaik untuk mencegah penyebaran Shigella adalah dengan sering mencuci tangan yang bersih dengan sabun, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum mereka makan. Hal ini terutama penting dalam perawatan anak.
Jika Anda merawat anak yang mengalami diare, cuci tangan sebelum menyentuh orang lain dan sebelum memegang makanan. (Siapa pun dengan diare sebaiknya tidak menyiapkan makanan bagi orang lain.) Pastikan untuk sering membersihkan dan membersihkan toilet yang digunakan oleh seseorang dengan Shigellosis. Popok anak dengan Shigellosis harus dibuang dalam tong sampah yang tertutup, dan bekas popok harus dibersihkan dengan disinfektan setelah digunakan. Anak-anak (terutama mereka yang masih menggunakan popok) dengan Shigellosis atau dengan diare dari setiap penyebab harus dijauhkan dari anak-anak lain. Penanganan, penyimpanan, dan persiapan makanan juga dapat membantu mencegah infeksi Shigella. Makanan dingin harus disimpan dingin dan makanan panas harus disimpan panas untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Untuk mengkonfirmasi diagnosis Shigellosis, dokter akan mengambil sampel tinja dari anak Anda yang akan diuji untuk bakteri Shigella. Tes darah dan tes lainnya juga dapat menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala, terutama jika anak Anda memiliki sejumlah besar darah dalam tinja.
Beberapa kasus Shigellosis tidak memerlukan pengobatan, tetapi antibiotik akan diberikan untuk memperpendek penyakit dan untuk mencegah penyebaran bakteri kepada orang lain. Jika dokter memberikan resep antibiotik sesuai diagnosis maka berikan mereka sesuai dosis. Hindari pemberian obat bebas untuk muntah-muntah atau diare, karena mereka dapat memperpanjang penyakit. Acetaminophen (parasetamol) dapat diberikan untuk mengurangi demam dan membuat anak Anda lebih nyaman. Untuk mencegah dehidrasi, ikuti petunjuk dokter Anda tentang apa yang anak Anda harus makan dan minum. Dokter anda dapat merekomendasikan minuman khusus yang disebut cairan rehidrasi oral, atau CRO (seperti Pedialyte) untuk menggantikan cairan tubuh dengan cepat, terutama jika diare telah berlangsung selama 2 atau 3 hari atau lebih. Anak-anak yang mengalami dehidrasi sedang-berat atau yang memiliki penyakit lain yang lebih serius mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk dipantau dan mendapat tatalaksana seperti cairan infus atau antibiotik.


2.1.6 Epidemologi

1. Penyebaran menurut geografis dan musim
Demam tifoid ( penyakit tifus ) adalah penyakit endemik di Indonesia. Tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah dan menyerang orag banyak. Umumnya demam tifoid dijumpai di negara berkembang di wilayah tropis seperti India, Indonesia, Malaysia, Thailand, Filiphina, dan lain-lain.

2. Penyebaran menurut usia dan jenis kelamin
Demam tifoid umumnya menyerang manusia pada umur 12-13 tahun adalah 70-80%, usia 30-40 tahun adalah 10-20% dan umur lebih dari 40 tahun sebesar 5-10%. Tidak ada perbedaan nyata insiden demam tifoid pada laki-laki dan perempuan. Semuanya mempunyai prevalensi yang sama untuk terkena penyakit tersebut

3. Frekuensi besar tidaknya kasus yang terjadi
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Penyakit demam tifoid ini sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan global, termasuk Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand. Angka kesakitan pertahun mencapai 157/100.000 populasi pada daerah semi rural dan 810/100.000 populasi di daerah urban di Indonesia, dan dilaporkan adanya kecenderungan untuk meningkat setiap tahun.

Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus.

4. Penyebaran Kuman
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat).
Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman S typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari.
Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun- tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin tercemar dengan sisa kumbahan.

Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membahagi dan merebak ke dalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Pembuangan najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang akan menyebabkan demam tifoid.


Epidemologi Shigella
Wabah (epidemi) disentri adalah ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Tingkat kematian dapat setinggi 15 %, dan penyedia layanan kesehatan akan sangat disibukkan jika sampai terjadi epidemi disentri. Meskipun diterapi secara benar, sekitar 5% pasien dapat meninggal saat wabah.
Sejak kuman penyebab disentri, Shigella dysenteriae type 1 (Sd1 ) ditemukan abad lalu, epidemi yang luas telah dilaporkan di afrika, asia dan amerika latin. Salah satu epidemi terbesar terjadi di Amerika Latin pada tahun 1969 dan 1973 dimana terjadi 500.000 kasus disentri dan menyebabkan meninggalnya 20.000 orang.

2.1.7 Diagnosa laboratorium

Bahan pemeriksaan dapat berupa darah, feces, urine,liquorcerebrospinalis, makanan, minuman, dan air. Dari bahan tersebut kemudian dilakukan pewarnaan gram, perbenihan MacConkey, BSA, DCA, XLD agar dan diinkubasi pada suhu 370 C. Selanjutnya koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan gram kembali, tes biokimia, dan penentuan tipe bakteriofag.
Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi

Diagnosa Laboratorium Shigella

Bahan pemeriksaan dapat berupa feces, urine, rectal swab, makanan, minuman, dan air. Dari bahan tersebut kemudian dilakukan pewarnaan gram, perbenihan MacConkey, EMBA, Endo, SSA, HEA, XLD agar dan diinkubasi pada suhu 370 C. Selanjutnya koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan gram kembali, tes biokimia, dan penentuan tipe bakteriofag.
Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi

2.1.8 pencegahan

1.Pemberian vaksinasi / imunisasi
a.Vivotif
Vaksin yang diberikan secara oral (Vivotif) mengandung bakteri Salmonella (kuman penyebab demam tifoid)hidup yang dilemahkan. vaksin terbagi dalam empat kapsul yang diminum setiap selang sehari dalam waktu seminggu. Kapsul akan melingdungi vaksin dari asam lambung sehingga vaksin akan tetap aktif saat mencapai usus halus, tempat imunitas terhadap bakteri tifoid akan dibangun. Vaksin oral dapat diberikan sebagai dosis pertama kalinya atau pun dosis ulangan (booster). Perlindungan terhadap demam tifoid akan bertahan sampai 5 tahun, setelahnya diperlukan dosis ulangan jika akan bepergian lagi. tidak dianjurkan pemberian vaksin oral untuk anak kurang dari 6 tahun. Vaksin tifoid oral tersedia di apotik yang hanya bisa dibeli dengan resep.
b.Thivim Vi
Vaksin suntik dosis tunggal (Typhim Vi) mengandung antigen berupa kapsul polisakarida. Perlindungan yang diberikan oleh vaksin ini efektif dua minggu setelah suntik dan bertahan sampai dua tahun. Pengulangan dianjurkan setiap jarak waktu dua tahun. Vaksin ini dapat diberikan pada anak usia dua tahun. Walau efek sampingnya lebih besar dibanding vaksin oral, namun lebih kecil dibanding vaksin dengan dosis dua kali suntik.
2.Higiene Sanitasi
a. Membersihkan lingkungan di sekeliling rumah dan tempat tinggal
b. Membuang kotoran maupun sampah pada tempatnya bukan di sembarang tempat
c. Menjaga lingkungan agar jumlah lalat berkurang pada saat musim kemarau panjang atau awal musim hujan
d. Menjaga sanitasi dan persediaan air bersih
3. Kebersihan perseorangan
a. Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan memakan makan
b. Minum minuman yang sudah dimasak dengan benar
c. Jika sedang dalam perjalanan, gunakan air botol atau minuman berdesis berkarbonat tanpa aisd. Gunakan penyepit, senduk, sudu atau garpu bersih untuk mengambil makanan
e. Jika terpaksa makan di luar rumah, pilih kedai atau gerai makanan yang bersih

3.1 Kerangka Operasional

(Skema 1. Uji Identifikasi Salmonella dan Shigella)





3.2 Pemeriksaan laboratorium

Tumbuh mudah pada media biasa, dengan situasi aerob, dengan suhu optimum 36oC, non lactose fermented.
Mac Conkey : Koloni tidak berwarna, jernih, keeping, sedang, bulat, smooth.
EMB Agar : Koloni tidak berwarna, sedang, keeping, smooth, bulat.
BSA : Koloni kecil-kecil,jernih, hijau tengahnya hitam, zone hitam, smooth, metalic, keping. Kadang-kadang koloni kelihatan hitam saja.
Endo Agar : Koloni tidak berwarna atau merah muda, kecil – sedang, keeping, smooth.
SSA : Koloni tidak berwarna, kecil – kecil, keeping, smooth, bulat.
3.2 uji biokimia
Media yang digunakan untuk reaksi biokimia adalah

 Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Media ini terdiri dari 0,1% glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa. Ferri sulfat untuk mendeteksi produksi H2S, protein dan indicator phenol red. Salmonella bersifat alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang bersifat alkali dengan adanya phenol red maka terbentuk warna merah, Salmonella memfermentasi glukosa yang bersifat asam sehungga terbentuk warna kuning pada dasar (Jawetz et al, 2001). Semua spesies Salmonella memproduksi H2S kecuali Salmonella paratyphi A, menghasilkan gas kecuali Salmonella typhi. (Gani A.2003)




 Sulfur Indol Motility (SIM)
Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S, indol dan motility dari bakteri. Salmonella tidak membentuk indol dan motility positif. (Gani A.2003)

 Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitra sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya indicator brom thymol blur menyebabkan terjadinya warna biru. Pada Salmonella tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat hasilnya negatif. (Gani A.2003)
 Urea
Bakteri tertentu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia dengan terbentuknya warna merah karena adanya indicator phenol red, Salmonella pada media urea memberikan hasil negatif karena Salmonella tidak menghidrolisis urea dan tidak membentuk ammonia. (Gani A.2003)

 Metil Red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang memproduksi asam sebagai hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan indicator metal red. Salmonella memproduksi asam kuat sehingga pada penambahan larutan metal red akan terbentuk warna merah. (Gani A.2003)
 Voges proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl methyl carbinol dari fermentasi glukosa yang data diketahui dengan penambahan larutan voges proskauer, Salmonella tidak memproduksi acetyl metal carbinol sehingga penanaman pada media ini memberikan hasil negatif. (Gani A.2003)
 Fermentasi karbohidrat
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka terlihat warna kuning karena perubahan pH menjadi asam. Salmonella memfermantsi glukosa dan maltose menjadi asam dan gas, kecuali Salmonella typhi yang memproduksi glukosa menjadi asam tanpa gas. (Gani A.2003)


















BAB III
METODE KERJA
4.1 Alat
- Objek Glass - Lampu Spritus
- Deck Glass - Mikroskop
- Ose - Tabung Reaksi
- Nal - Pipet Tetes
- Petridish - Inkubator
- Autoclave - Nal
.
4.2 Bahan

 Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah

Ragen
Nacl 0,85 %
- Covas,c
- Air fuchsin
- Lugol
- KOH 10 %
- a-naftol 1 %
- indicator metal red
- alcohol 96 %
- CGV ( Carbol Gential Violet)


 Salmonella sp, Shigella

• Sampel peses
• Media BHI Broth
• Media EMBA
• Media ENDO
• Media Mac Conckey (MC)
• BSA
• MKT dan TSB ( merupakan media penggaya slenit
• TSIA ( Tripel sugar iron agar )
• Media Nutrient Agar (NA)
• Salmonella Shigella Agar (SSA)
• Media IMVIC ( SIM MR/VP Urea )
• Media Gula – Gula

4.4. Cara Pengambilan Sampel
Sampel yang diambi adalah urine urine ISK
4.5. Cara Kerja Pembiakan

Hari I
• Sampel air disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, lalu supernatannya dibuang dan endapannya ditanam pada media perbenihan yaitu BHIB dibuat preparat kemudian dilakukan pewarnaan gram, lalu diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 100 X .
• Sampel ditanam pada media selektif yaitu media EMBA, ENDO, MC, lalu diinkubasi 370 C selama 24 jam.
Hari II
• Koloni yang tumbuh pada media EMBA, ENDO, MC, dibuat preparat kemudian dilakukan pewarnaan gram.
• Apabila pada hasil pewarnaan ditemukan bakteri bentuk basil (batang) gram negatif (-), maka dilanjutkan penanaman untuk uji biokimia, yaitu pada media gula – gula ditambah media TSIA, SC, SIM, MR, VP dan dilakukan uji sensitivitas.
• Media yang telah ditanam diinkubasi selama 370 C selama 24 jam.
Hari III
• Media – media yang telah ditanami, diamati pertumbuhannya dan hasilnya dicatat.
• Hasil pengamatan media dan tes uji biokimia tersebut dibandingkan dengan sifat – sifat cultural dan table hasil uji biokimia untuk ditentukan diagnosanya.